Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Minggu, 20 Maret 2011

Meniti Jalur Tlogo Puteri - Puncak Plawangan : MerSi pasca Erupsi

Minggu, 13 Maret 2011

Hari ini aku akan melakukan pengamatan burung pasca Erupsi Merapi, bisa dikatakan pengamatan kali ini adalah pengamatan pertama ku setelah aku belajar tentang pengamatan burung pada saat mengikuti GELATIK (Penerimaan Anggota baru KPB BIONIC UNY). Kebetulan pengamatan burung pasca Erupsi Merapi ini adalah salah satu program kerja KPB BIONIC UNY yang dicetuskan oleh salah satu pendiri bionic yaitu Mas Uya, hal ini dikarenakan belum adanya data tentang keanekaragaman burung di Taman Nasional Gunung Merapi Pasca erupsi pada bulan November tahun 2010 kemarin. Sehingga BIONIC pun langsung mengambil kesempatan emas ini untuk menjadi yang pertama dalam pendataan burung tersebut. Dalam pengamatan kali ini kami di bagi menjadi 4 tim karena tempat yang akan kami amati ada 4, yaitu Telaga putri dan Pelawangan, Goa Jepang, Kinahrejo, dan Bukit Turgo. Aku mendapat kesempatan melakukan pengamatan di Telaga Putri dan Pelawangan yang di Korlapi oleh Mas Shaim Basari.
Kami sepakat berkumpul di tempat parkir FMIPA UNY pukul 06.00 WIB. Dan ternyata sampai pukul 07.00 kami belum bisa berangkat menuju tempat tujuan karena anggota tim kami belum lengkap, setelah menunggu 1 jam lebih akhirnya tim kami lengkap yang berjumlahkan 4 orang yaitu Mas Shaim sebagai Korlap, Mba Sih, Mba Leli, dan saya sendiri Jarot. Kami pun langsung menuju tempat tujuan yaitu telaga Putri dan Pelawangan pada pukul 07.30.

Kami sampai di tempat tujuan pukul 08.15, setelah sampai, kami tidak langsung menuju bukit pelawangan karena kami masih harus menunggu satu personil lagi yang akan ikut dengan tim kami yaitu Mas Zuqi. Karena saya dan Mas Shaim lapar akhirnya kami menunggu Mas Zuqi sambil memakan jadah tempe (Makanan khas jogja yang banyak di jajakan di pinggir jalan kaliaurang) yang kami beli seharga Rp 7500 satu paket isi 5 jadah dan 5 tempe (lumayan mahal).

Kami pun merasa bosan menunggu karena Mas Zuqi tak kunjung muncul, dengan tanpa pikir panjang akhirnya Mas Shaim sebagai Leader di tim kami memutuskan untuk memulai pendakian ke bukit Pelawangan "yas udah kita berangkat duluan saja, biar Mas Zuqi nyusul aja" sahutnya sambil mengajak kami berangkat.

Setelah menghabiskan jadah tempe yang nikmat tadi kami lansung berangkat dengan diawali membayar retribusi di loket masuk, tarif retribusinya sebesar Rp 2000/orang. Kami sempat berbincang-bincang dengan salah satu petugas disana, dan kami pun menyampaikan maksud kami bahwa kami akan melakukana pengamatan burung pasca erupsi merapi. Kami lansung memulai pengamatan, tak lama berjalan kami di sambut oleh monyet jantan yang sangat besar sekali, tak lama kemudian kawanan monyet berlompatan di pohon menambah keindahan dan adrenalin pengamatan kali ini. Setelah sampai di tempat pengamatan pertama yaitu tempat istirahat pertama yang ada bangunan seperti payung kami memutuskan untuk istirahat sejenak karena hujan gerimis. Sambil meneduh aku mengamati salah satu pucuk pohon dengan bino ternyata ada burung yang terbang lalu kembali ke tempat awal dan terus-terusan seperti itu, setelah aku bertanya kepada Mas Shaim ternyata burung itu adalah burung Dicrurus macrocercus (Srigunting hitam) yang kemungkinan sedang menangkap serangga. Setelah hujan reda kami melanjutkan perjalanan untuk mengamati burung-burung yang lain, tiba-tiba Mas Shaim berteriak karena dia melihat burung yang katanya baru pertama dia melihat burung ini burungnya adalah Loriculus pusillus (Srindit jawa) ia bertengger di batang pohon cemara yang hampir mati karena dampak erupsi merapi, karena mas Shaim belum puas mengamati Srindit jawa ini kami agak lama mengamati burung ini tak lama kemudian burung itu pun terbang bersamaan dengan datangnnya mas Zuqi. Kamipun berbincang-bincang sejenak sambil mengamati burung yang berkicauan kami pun melihat burung Pycnonotus bimaculatus (Cucak gunung) yang sedang tengger di pohon kelapa, aku pun melihat burung Ictinaetus malayensis (Elang hitam) yang terbang di atas bukit tapi sayangnya tak lama karena ia lansung masuk ke pepohonan. Setelah mengamati lama sambil memoto kawanan monyet yang berlompatan kami lansung melanjutkan perjalanan, baru sebentar kami berjalan mas Shaim melihat burung elang yang terbang di atas kami ukurannya lumayan kecil jadi agak susah mengidennya setelah lumayan lama melihat burung itu mengeluarkan suara yang khas, yaitu suara burung Spilornis cheela (Elang-ular bido) tapi bulunya agak rontok, menurut mas Zuqi mungkin burungnya sedang molting menuju dewasa.

Hujan pun turun lagi akhirnya kami berteduh sejenak di bawah pepohonan, setelah reda banyak sekali suara burung yang berkicauan yang paling menarik adalah suara burung Psittacula alexandri (betet biasa) yang tak henti-henti berkicau. Ketika melewati tanjakan dan pohon-pohon tumbang Mas Zuqi memberikan isyarat untuk diam dan berjalan perlahan karena ia melihat Psittacula alexandri yang bertengger di pohon kelapa burung itu diam terpaku, sungguh eksotis terlihat dari bino paruhnya berwarna merah dan lehernya berwarna merah jingga mas zuqi tak henti-henti mengambil gambarnya menggunakan pocket Mba Sih yang di gabung dengan bino agar terlihat lebih jelas, pemburuan gambar ini diselingi hal-hal yang lucu karena di bumbui oleh sifat Mas Shaim yang kocak dan konyol, sehingga kami tak henti-henti tertawa. Setelah puas mengambil gambar Psittacula alexandri kami melanjutkan perjalanan, sebelum sampai puncak kami harus melewati tebing yang lumayan membuat Mba Sih dan Mba Laely kesusahan, di saat aku membantu Mba Sih dan Mba Laely, tiba-tiba ada burung Ptilinopus porphyreus (Walik kepala-ungu) yang hinggap di pohon pas depan kami ketika kami mengamati burung itu ternyata banyak pula burung-burung lain yang berkicauan tetapi aku tak bisa melihat jelas karena terbangnya sangat cepat dan jarang hinggap di dahan-dahan pohon, menurut Mas Shaim dan Mas Zuqi burung-burung itu adalah Sitta frontalis (Munguk beledu) dan Aethoyga eximia (Burung–madu gunung). Sampailah puncak kamipun lansung mencari jalan untuk turun, kami turun melalui jalan yang berbeda ketika kami naik, dan jalannya lumayan memacu adrenalin, ketika kami sampai di bawah baju kami berlumuran tanah terutama Mba Sih dan Mba Laely yang pakainnya di dominasi oleh kotoran, setelah istirahat dan Sholat Dzuhur dan Ashar di masjid kami bersih-bersih, setelah itu pulang. Sungguh pengamatan yang asik dan memberikan pengalaman yang berharaga. (Asik banget pengamatan burung dengan orang-orang yang sudah ahli dalam perburungan, karena tak henti-hentinya aku mengambil pelajaran dari mereka) terimakasih seniorku mas Shaim dan mas Zuqi :D.
Written by : Jarot Dwi Handoko
http://bionicers.multiply.com/journal/item/62

Tidak ada komentar:

Posting Komentar